Google's AdSense for Content-1/21/08

Who's Online

We have 13 guests online

Login Form




Designed by:
Cheap web hosting Joomla Templates
Hosting services
Destinations
Kawasan Agropolitan Gandus PDF Print E-mail
Written by Djoko   
Sunday, 08 October 2006 08:19

Kawasan Agropolitan Gandus adalah kawasan pertanian dengan dukungan sarana dan prasarana perkotaan di wilayah Kec Gandus Kota Palembang 

 

 

 

Pada tgl 5 April 2008 Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi meninjau kawasan agropolitan di Pulokerto Kecamatan Gandus pada acara gerakan masal agropolitan.

 

Freddy mengatakan, orientasi masyarakat yang selama ini ke daratan haruslah diubah. MAI berkewajiban untuk tidak hanya fokus pada pertanian tetapi juga aspek kecintaan terhadap lingkungan. Terutama kawasan kelautan, Sungai dan danau sehingga masyarakat tidak hanya menjaga sungai tetapi juga memelihara keberadaan airnya sebagai sumber kehidupan. 

 

Untuk mendukung kelestarian sungai, Freddy memberikan 30.000 beni ikan yang dilepaskan di kawasan perairan di pesisir kota Palembang. Selain itu, juga diserahkan bantuan 15 ton benih padi dan tanaman obat keluarga.

 

Last Updated on Wednesday, 09 April 2008 11:37
Read more...
 
Musi River of Palembang !!!! PDF Print E-mail
Written by Djoko   
Saturday, 07 October 2006 14:32

Watching the many vessels, barges, speedboats, keteks, and sampans, passing to and fro on the water gleaming gold to reflect the lights from Ampera Bridge and surroundings, you can imagined the various eras that this river has seen. During the Sriwijaya Empire era, it was the base for the mighty armada of a maritime super power. Later, during the Palembang sultanate, it was heavy battles in which the Dutch warships pounded the Kuto Besak Fortress with their cannons.

Now, the Musi river plays a very important role, not only for those people who live along it but also for the province's economy. The Sriwijaya Fertilizer Plant, the Pertamina Oil Refinery, and many other businesses and industries along its banks are totally dependent to Musi River.

Last Updated on Friday, 18 January 2008 20:27
 
Taman Nasional Sembilang / Sembilang National Park PDF Print E-mail
Written by Djoko   
Thursday, 05 October 2006 20:19

               

 

 

T
aman Nasional Sembilang terletak di pesisir timur Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Luas kawasan Taman Nasioanal Sembilang 202.896,31 ha terdiri dari 44,4 % hutan mangrove.  

 

 

 

Vegetasi

Taman Nasional Sembilang terdiri dari kira-kira 87.000 ha hutan mangrove yang masih utuh. Meluas ke arah darat hingga 35 km menjadikannya kawasan mangrove terluas di Indonesia bagian barat. Keseluruhannya terdapat 17 spesies mangrove (yaitu 43% dari seluruh spesies mangrove yang ada di Indonesia) yang ditemukan, meliputi Sonneratia alba, Avicennia marina (langsung di garis pantai); Rhizophora mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan Xylocarpus granatum (jauh ke daratan pada tanah dengan salinitas rendah dan padat).

 

Mammalia

Sebanyak 53 spesies mammalia terdapat di TN Sembilang (Danielsen & Verheught 1990, PBS data) diantaranya spesies berang-berang yang ada di kawasan Indo-Malaya (Lutra lutra), spesies kucing besar (Felis marmorata, Felis viverrina, Felis bengalensis, Felis temminckii, Neofelis nebulosa) dan Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae), juga Musang Air (Cyanogale bennettii). Dan setidaknya terdapat lima primata termasuk Ungko (Hylobates agilis), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (M. nemestrina), dan Lutung Kelabu (Presbytis cristata),

 

 

Burung

Paling sedikit 213 spesies burung pernah tercatat di kawasan TN Sembilang (data PBS) termasuk banyak dari spesies residen yang berstatus genting. Spesies burung ini meliputi spesies penetap (resident) yang terancam seperti Pecuk-ular Asia (Anhinga melanogaster[i]), koloni terakhir dari Undan (Pelecanus philippensis) di region Indo-Malaya, Bangau Storm (Ciconia stormi), lebih dari 1.000 ekor Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), lebih dari 300 ekor Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus), Cangak Sumatera (Ardea sumatrana), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Rangkong Helm (Rhinoplax vigil), Rangkong Hitam (Antrhacoceros malayanus), serta lebih dari 25 spesies burung air migran, termasuk 10.000-13.000 Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus), 28 ekor Trinil Nordmann (Tringa guttifer), lebih dari 2.600 Gajahan Timur (Numenius madagascariensis), dan beberapa ribu individu spesies dara laut (Sternidae). Dataran lumpur Banyuasin juga merupakan tempat mencari makan bagi ratusan Bangau Bluwok, Bangau Tongtong, dan Ibis-Cucuk Besi (Threskiornis melanocephalus), dan juga lebih dari 2.000 spesies Kuntul (Silvius 1986).

 

 

 

        

 

 

 

Reptil

Di sungai-sungai dan muara dalam kawasan TN Sembilang tercatat ditemukan Buaya Muara (Crocodylus porosus) dan spesies Buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii) pernah tercatat ditemukan di rawa-rawa air tawar di belakang hutan mangrove. Di samping buaya, kawasan ini juga merupakan habitat bagi berbagai spesies ular seperti Ular Cincin Mas (Boiga dendrophila), Ular Sawah (Phyton sp.) dan species kura-kura air tawar.

 

 

 

Ikan dan Invertebrata

Sedikitnya terdapat 142 spesies ikan dari 43 familia (Yunus, 1980), 38 spesies kepiting (IPB, 1975) dan sedikitnya 13 spesies udang dari 9 familia (Eskapindo Matra 1987). Beberapa spesies ikan yang bernilai ekonomi antara lain Ikan Sembilang (Plotusus canius), Gulamah (Johnius sp.), Layur (Trichiurus sp.), Manyung (Arius maculatus), Selar (Caranx sp.), Belanak (Mugil sp.), Teri (Stolephorus sp.), Tenggiri (Scomberomorus sp.) dan Petek (Leiognathus sp.).

 

Sumber: Profil TN Sembilang

Last Updated on Wednesday, 21 May 2008 08:45
 
Pilgrimage Tourism Objects in Palembang !!! PDF Print E-mail
Written by Djoko   
Thursday, 05 October 2006 10:28

Obyek Wisata Ziarah dikota Palembang !!!!

  • Klenteng Pulau Kemaro dengan Pagodanya: Ramai pada acara Cap Go Meh.
  • Bukit Siguntang: Dikeramatkan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Pemerintahan perwakilan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Palembang. Ramai pada  acara Waisak Umat Budha
  • Ada 8 (delapan) kompleks pemakaman bersejarah Umat Islam a.l:
    • Makam Sultan Agung Komaruddin
    • Makam Ki Gede Ing Suro
    • Makam Kebon Gede
    • Candi Angsoko
    • Candi Walang
  • Masjid-masjid tua:
    • Masjid Al Mahmudiyah atau lebih dikenal dengan Masjid Syuro
    • Masjid Agung juga dikenal dengan nama Masjid Sultan
    • Masjid Kiai Muara Ogan
  • Gereja Tertua di Sumatera Selatan: Gereja "Santa Maria" di Tanjung Sakti lahat: Dibangun 1832 berukuran 10x8 meter dapat menampung 100 jemaah. Bahan bangunan terbuat dari kayu Mahoni beratap seng.
Last Updated on Sunday, 03 February 2008 04:57
 
Bukit Siguntang PDF Print E-mail
Written by Djoko   
Wednesday, 04 October 2006 06:27

Bukit Siguntang is the name of a famous historical site in Palembang, seated at a hill about 25 m above sea level, the highest point in Palembang. From this site historians found Indonesia's oldest inscription containing importance information from.

The Bukit Siguntang inscription, found at Bukit Siguntang site, dating back from 604 in the Saka era.  From this inscription historians made hypothesis that the Sriwijaya Kingdom was centered here. The original Bukit Siguntang inscription is now in the collection of the National Museum in Jakarta.

Bukit Siguntang now seems like a city park, with shady trees and several two stories halls with reliefs illustrating the tale of the Sriwijaya Empire, as told in the inscription. It also contains seven tombs of historical figures of ancient Palembang:

  1. Raja Sigentar Alam
  2. Puteri Kembang Dadar
  3. Puteri Rambut Selako
  4. Panglima Raja Batu Api
  5. Panglima Bagus Sekuning
  6. Panglima Bagus Karang
  7. Panglima Tuan Djundjungan.

Bukit Siguntang is the site where Palembang's Buddhist community celebrates Waisak annually.

Bukit Siguntang is also favorite destination for Malaysian tourists, due to its supposed historical links with Parameswara, who fled from Sriwijaya to Tumasik (Singapore) when the kingdom was attacked by Majapahit from Java in 1511. Prameswara then came to Malaka, married with the daughter of Malaccan dignitary founded the Malacca kingdom, and was it first king, setting the stage for the later establishment of Malaysia.

 

Last Updated on Friday, 18 January 2008 20:28
 
<< Start < Prev 1 2 3 Next > End >>

Page 3 of 3